Bulukumba, 7 November 2025 — Rangkaian prosesi pernikahan di kediaman Bapak Syarifuddin, salah seorang Dewan Hakim Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) terkemuka di Kabupaten Bulukumba, diwarnai dengan pemandangan yang unik dan penuh makna spiritual. Malam menjelang akad nikah putri beliau, Sunarti, di Galukullangnge, Kecamatan Gantarang, diresapi dengan lantunan Asmaul Husna (99 Nama Allah yang Maha Indah) yang dibawakan langsung oleh rombongan khusus.
Tepat pada malam Kamis, 7 November 2025, suasana haru dan khidmat menyelimuti kediaman keluarga Syarifuddin. Sebanyak 14 orang anggota rombongan Mama Santri Rumah Tilawah Cinta Al-Qur'an hadir secara khusus untuk memimpin pembacaan Asmaul Husna.
Momen ini menjadi istimewa karena berfungsi sebagai pembuka rangkaian ritual adat Bugis yang sakral, termasuk pembacaan Barazanji, sebelum dilaksanakannya upacara Mappacci (malam penyucian diri) yang merupakan inti dari tradisi pra-nikah Bugis.
Rombongan majelis taklim ini dipimpin langsung oleh sosok inspiratif, Ustadzah Radiah, yang dikenal luas di Bulukumba. Ustadzah Radiah adalah seorang Qariah Dewasa yang pernah mengharumkan nama Kabupaten Bulukumba di tingkat nasional. Saat ini, beliau berstatus sebagai ASN Penyuluh PPPK Kementerian Agama (Kemenag) Bulukumba di Kecamatan Gantarang.
Selain tugas resminya, Ustadzah Radiah juga mengabdikan rumah pribadinya sebagai Rumah Tilawah Cinta Al-Qur'an, menjadikannya pusat pembinaan dan pelatihan tilawah serta majelis taklim bagi anak-anak, remaja, hingga emak-emak di Gantarang. Kehadiran beliau bersama para Mama Santri memberikan jaminan kualitas lantunan yang syahdu dan penuh penghayatan.
Kehadiran rombongan pecinta Al-Qur'an tersebut bukan hanya memperkaya nuansa spiritual, namun juga memperkuat filosofi dasar dari Mappacci itu sendiri. Jika Mappacci secara adat bertujuan membersihkan raga dan niat (Mapaccing Nawa-Nawa), maka lantunan Asmaul Husna dan Barazanji berfungsi sebagai penyucian rohani tingkat tinggi.
Lantunan nama-nama Allah seperti Al-Wadud (Maha Mencintai) dan Al-Matin (Maha Kokoh) diyakini membawa energi positif, ketenangan, serta fondasi spiritual yang kuat bagi Sunarti dan calon suaminya yang akan melangsungkan akad pada Sabtu, 8 November 2025.
"Hal ini adalah sesuatu yang unik dan bahkan sangat berbeda dari biasanya. Kami merasa bersyukur sekali," ujar salah satu anggota keluarga Syarifuddin. "Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, tentu kita berharap sesuatu yang dimulai dengan menyebut Asma Allah akan memberi efek tersendiri bagi calon mempelai. Apalagi malam ini juga dilanjutkan dengan Barzanji sebelum Mappacci."
Bapak Syarifuddin dan keluarga menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya agar inisiatif mulia ini menjadi tradisi yang memberikan keberkahan. Mereka berharap, melalui lantunan pujian kepada Sang Pencipta yang dipimpin oleh seorang qariah berkaliber nasional, pernikahan putri mereka dapat dilindungi dan diberkahi dengan Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah sejati.
Keunikan acara ini di Galukullangnge, Gantarang, Bulukumba, menunjukkan betapa kuatnya sinkretisme antara nilai-nilai luhur adat Bugis dengan ajaran Islam. Acara Mappacci dan Barazanji yang telah menjadi warisan turun-temurun, kini disempurnakan dengan penambahan pembacaan Asmaul Husna, membuktikan bahwa adat dapat terus hidup dan bermakna seiring dengan peningkatan penghayatan spiritual yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Ustadzah Radiah.
Inisiatif keluarga ini, yang melibatkan komunitas majelis taklim aktif, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pasangan lain di Bulukumba. Bahwa, pondasi terindah untuk memulai sebuah pernikahan adalah dengan mengagungkan dan mengingat nama-nama Allah SWT.











